
Villas-Boas kini menjadi sorotan setelah ia ditunjuk menjadi pelatih Chelsea. Perjalanan karir Villas-Boas memang menarik untuk diikuti namun ada beberapa hal unik di masa lalunya yang sayang bila dilewatkan. Berikut ini lima cerita unik pelatih spesial ini.
Pendukung Fanatik Porto
Villas-Boas merupakan salah seorang pendukung fanatik Porto yang merupakan tim kebanggan kota kelahirannya. Ia tergabung sebagai anggota FC Porto sebagai pendukung saat berusia tiga tahun. Kemudian Villas-Boas tergabung dalam sebuah kelompok fanatik pendukung Porto, Ribeirense, yang juga klub tempat ia bermain saat masih kecil.

Pada umur 16 tahun ia bertemu salah satu tokoh penting dalam sejarah Porto. Sir Bobby Robson kebetulan tinggal di apartemen yang ia tempati bersama ibunya. Sebagai pendukung fanatik Porto, ia kemudian mengkritik taktik pelatih tersebut. Robson ternyata senang dengan pemikiran Villas-Boas dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai pelatih tim junior Porto ketika ia berusia 17 tahun.
Berawal dari Championship Manager
Ketertarikan Villas-Boas pada video game ternyata juga tidak jauh dari sepakbola. Pria kelahiran 17 Oktober ini mulai tertarik dengan Championship Manager sejak ia tergabung dalam Ribeirense. Sejak menggemari permainan ini, Villas-Boas semakin menyukai hal-hal yang berhubungan dengan statistik sepakbola. Permainan yang menempatkan penggunanya sebagai manajer tim ini akhirnya benar-benar mengubah hidup Villas-Boas dari seorang maniak game menjadi seorang pelatih yang handal.

Kegemarannya tersebut membuatnya memiliki kebiasan membawa buku catatan kemana pun ia pergi. Ia mencatat dan menulis semua gagasan yang ia miliki untuk ia terapkan dalam permainannya. Setiap akhir pekan ia pun bertemu beberapa temannya dan berdebat tentang game yang ia mainkan.
Villas-Boas benar-benar menunjukkan ketertarikannya pada sepak bola ke dalam dunia akademik yang ia tempuh. Ketika sekolah memberikan sebuah tugas penelitian, ia menunjukkan kemampuan analisa sepakbola yang ia miliki.
"Saya masih ingat bagaimana ia menyerahkan sebuah penelitian detail tentang Porto, pergantian pemain mereka dan taktik yang mereka gunakan dengan begitu banyak statistik di dalamnya," ungkap Eiro, guru olahraga Villas-Boas.
Penjaga Gawang Hingga Gelandang Bertahan
Meski kini ia menjadi seorang pelatih handal, Villas-Boas juga pernah bermain di beberapa klub. Ia tercatat pernah tergabung dalam sebuah klub amatir di sekitar tempat tinggalnya. Ramaldense merupakan sebuah klub kecil tak jauh dari sekolahnya. Klub ini juga dikenal pernah melahirkan seorang pemain bola ternama yang bermain untuk Benfica, Humberto Coelho yang berposisi sebagai pemain belakang dan juga menjadi pelatih internasional beberapa negara seperti Portugal, Tunisia dan Korea Selatan.
Sayang perjalanan Villas-Boas bersama klub ini cukup berat. Selain tidak adanya lapangan yang dimilki, klub juga terancam terdegradasi dari kompetisi lokal. Klub akhirnya memutuskan menunjuk seorang pelatih asal Spanyol bernama Quim.
Quim tampaknya mampu mendeteksi bakat yang ada di dalam diri Villas-Boas. Di bawah Quim, pelatih Chelsea ini ia tempatkan untuk memperkuat lini pertahanan tim.
"Mereka (Ramaldense) ingin saya untuk menyelamatkan klub dari degradasi karena mereka saat itu berada di posisi kedua terbawah. Saya membutuhkan pemain yang bagus jadi saya mencari beberapa pemain di skuad U-19. Ada tiga orang yang saya kira cukup baik untuk memperkuat tim inti, termasuk di dalamnya seorang gelandang bertahan agresif bertubuh kecil - dia-lah Villas-Boas," ungkap Quim.
Sebelum bergabung dengan Ramaldense, Villas-Boas berposisi sebagai penjaga gawang ketika masih bermain bagi Ribeirense. Ia menjadi penjaga gawang selama satu tahun dan akhirnya memutuskan pindah ke Ramaldense.
"Saat berusia 18 tahun ia (Villas-Boas) tidak memiliki tubuh besar namun ia bermain cukup baik bagi kami. Saya masih ingat ia selalu mendapat bola lalu mengopernya pada sayap kanan kami, Costa. Begitulah cara bermainnya. Pada akhirnya, ia tahu bahwa ia tidak akan mampu menjadi seorang pemain profesional," tambah Quim.
Setelah hengkang dari Ramaldense, Villas-Boas bergabung dengan sebuah klub bernama Marechel Gomes de Costa. Klub ini memang bukan sebuah klub yang bertujuan untuk menjuarai kompetisi. Anggota klub ini terdiri dari dokter, teknisi, dan siswa sekolah. Moto klub ini adalah "You'll never drink alone".
Villas-Boas akhirnya berhenti dari klub ini pada akhir musim 1998-1999. Seiring bertambahnya tugas yang ia peroleh bersama Porto, ia semakin jarang mengunjungi klub yang ia jadikan sebagai tempat bermainnya tersebut.
Julukan Unik
Villas-Boas memilki sejumlah julukan unik baik yang ia dapatkan dari teman, rekan kerja serta julukan yang ia tujukan untuk dirinya sendiri. Ketika masih bermain bagi Ramaldense ia dijuluki "Si Wortel Kercil". Teman-temannya memberikan julukan ini karena ia memiliki rambut kemerahan yang terlihat seperti wortel.

Julukan unik kedua ia dapatkan dari Mourinho ketika masih menjadi asistennya. The Special One menjulukinya sebagai "mata dan telinga" dari pelatih yang kini menukangi Real Madrid itu. Villas-Boas selalu mendapat tugas untuk mencari informasi tentang semua tim lawan yang akan mereka hadapi. Tak heran jika peran tersebut membuat Mou memberikan julukan tersebut.
Julukan ketiga adalah yang ia alamatkan pada dirinya sendiri. Perjalanan karir Villas-Boas yang selalu dihubungkan dengan Jose Mourinho membuat banyak pihak sering mengaitkannya dengan The Special One. Pria berusia 33 tahun ini tampaknya gerah dengan pemberitaan media dan memutuskan untuk menjuluki dirinya "The Sh*t One" agar ia tidak lagi dikaitkan dengan Mou.
Penggemar Balapan
Villas-Boas ternyata juga seorang penggemar mobil besar dan pada bulan Maret ia diundang oleh seorang wakil presiden sebuah federasi mobil internasional, FIA untuk mengikuti sebuah balapan sehari sebelum berlangsungnya penyelengaaran World Rally Championship di Algarve, Portugal.

Balapan lain yang ia datangi adalah Monaco Grand Prix tahun ini. Ia memiliki sejumlah mobil yang telah ia coba kendarai di jalanan pegunungan di Valongo yang tidak jauh dari Porto. Ia telah mengendarai BMW Z4 dan M5, ia juga sempat mencoba Fiat 500 Abarth keluaran khusus.
Musim depan Chelsea menjadi ujian baru bagi pelatih muda ini. Beberapa kompetisi akan dilalui klub London di bawah asuhan Villas-Boas. Mampukah ia membawa Chelsea meraih sukses seperti yang ia lakukan di Porto?