Headlines
Tampilkan postingan dengan label Chelsea. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Chelsea. Tampilkan semua postingan

Chelsea Juara Piala FA Setelah Kalahkan Liverpool 2-1

ramires dan juan mataChelsea meraih gelar juara Piala FA musim 2011/2012. Dalam laga final menghadapi Liverpool di New Wembley, Minggu (6/5/2012) dinihari WIB, The Blues menang dengan skor 2-1.

Tampil dominan sejak awal laga, Chelsea lebih dulu unggul dua gol masing-masing melalui Ramires di menit 11 dan Didier Drogba di menit 52. Sementara gol balasan Liverpool dibuat Andy Carroll pada menit 64.

Kemenangan ini jadi capaian hebat Chelsea bersama caretaker Roberto Di Matteo. The Blues bahkan bisa meraih satu trofi lagi andai menang di final Liga Champions menghadapi Bayern Munich dua pekan dari sekarang. Secara keseluruhan, ini merupakan titel ketujuh 'Si Biru' di Piala FA.

Sementara buat Liverpool, skor 1-2 membuat mereka harus memupus harapan meraih gelar ganda di musim ini. Steven Gerrard dkk sebelumnya sudah mengangkat piala dari ajang Piala Liga Inggris.

Jalannya Pertandingan

Peluang pertama dalam pertandingan Chelsea vs Liverpool langsung berujung gol di menit 11. Mendapat umpan terobosan dari Juan Mata, Ramires berhasil menusuk dari tengah lapangan ke kotak penalti Liverpool. Setelah pergerakannya tak bisa dihentikan Jose Enrique, sepakan Ramires di dalam kotak penalti ke arah tiang dekat gagal dihalau Pepe Reina. Chelsea unggul 1-0.

Dua menit berselang Liverpool nyaris menyamakan kedudukan. Sepakan Craig Bellamy dari tepi luar kotak penalti terhadang tubuh Branislav Ivanovic di muka gawang.

Pada menit-menit berikutnya Chelsea tampil lebih dominan dalam penguasaan bola, namun begitu mereka tak mampu menciptakan peluang lainnya. Sementara Liverpool gagal mengembangkan permainan, di lini depan Luis Suarez nyaris tak berdaya karena terisolir pemain belakang Chelsea.

Baru empat menit sebelum jeda The Reds punya peluang. Dari umpan kepala Henderson, tandukan Suarez dari dalam kotak penalti masih terlalu lemah dan arahnya melebar.

Babak kedua baru berjalan tujuh menit, Chelsea berhasil memperbesar keunggulan. Kali ini Didier Drogba yang mencatatkan namanya di papan skor dan membuat The Blues unggul 2-0.

Gol kedua Chelsea dibangun dengan sangat rapi dari tengah lapangan melalui umpan-umpan pendek. Mendapat sodoran bola dari Frank Lampard, Drogba berhasil menjaga si kulit bundar meski dalam kawalan Martin Skrtel. Sepakan mendatar yang dilepaskan striker Pantai Gading itu mengarah ke tiang jauh dan kembali gagal dihalau Pepe Reina.

Masuknya Andy Carroll di menit 55 membawa pengaruh besar buat Liverpool. Striker mahal itu mencetak gol yang mengubah kedudukan jadi 2-1 di menit 64. Gol tersebut bermula dari Ivanovic yang kehilangan bola di sisi kanan pertahanan Chelsea. Dapat bola liar, Carroll berhasil melepaskan tembakan meski dalam kawalan ketat John Terry. Sepakan keras yang dia lepaskan dari dalam kotak penalti mengarah ke sisi atas gawang. Skor pun berubah jadi 2-1.

Gol tersebut membangkitkan permainan Liverpool, mereka kini gantian mendominasi pertandingan dan terus menekan Chelsea. Salah satu peluang terbaik yang datang adalah saat umpan diagonal Suarez dari sisi kanan berhasil ditanduk Carroll ke dalam gawang, meski kemudian ditepis keluar oleh Petr Cech. Dari momen tersebut, Liverpool sepertinya berhasil menyamakan kedudukan, di mana pemain-pemain mereka sudah mulai berselebrasi.

Namun wasit menyatakan tidak ada gol dalam momen tersebut. Tayangan lambat mengonfirmasi keputusan wasit tepat karena bola belum sepenuhnya melintasi garis gawang saat melayang di udara dan Cech dengan sigap menepisnya keluar. Skor masih 2-1 untuk Chelsea.

Di periode injury time Liverpool punya kesempatan lain saat Caroll lolos dan dapat bola di dalam kotak penalti. Beruntung buat The Blues, Terry berhasil menghalau sepakan keras Carroll sambil menjatuhkan diri.

Chelsea Rilis Jersey Terbaru

Dua hari jelang berputarnya kompetisi Premier League, Chelsea memperkenalkan kostum ketiga mereka.

Kostum baru berwarna dasar putih itu terlihat cukup unik karena memadukan warna biru navy dan kuning di bagian depan.

Sang produsen, Adidas menyebut desain mereka untuk kostum ini dengan sebutan 'manis dan bergaya'. Sebelumnya, The Blues juga telah memperkenalkan dua kostum baru mereka untuk home dan away di musim ini.

Seperti standar kostum keluaran Adidas lain, jersey ini juga dilengkapi teknologi TechFit yang dapat membantu para pemain memaksimalkan kekuatan, akselerasi dan daya tahan.

5 Kisah Unik Villas-Boas

Villas-BoasAndre Villas-Boas tampil menjadi seorang sosok pelatih muda yang sukses di usianya yang masih 33 tahun. Ia sukses membawa Porto menyabet beberapa trofi di kompetisi lokal dan Eropa. Bersama Porto ia juga sukses mencatat beberapa rekor termasuk melewati rekor kemenangan beruntun Porto yang sebelumnya dimiliki Jose Mourinho.

Villas-Boas kini menjadi sorotan setelah ia ditunjuk menjadi pelatih Chelsea. Perjalanan karir Villas-Boas memang menarik untuk diikuti namun ada beberapa hal unik di masa lalunya yang sayang bila dilewatkan. Berikut ini lima cerita unik pelatih spesial ini.

Pendukung Fanatik Porto

Villas-Boas merupakan salah seorang pendukung fanatik Porto yang merupakan tim kebanggan kota kelahirannya. Ia tergabung sebagai anggota FC Porto sebagai pendukung saat berusia tiga tahun. Kemudian Villas-Boas tergabung dalam sebuah kelompok fanatik pendukung Porto, Ribeirense, yang juga klub tempat ia bermain saat masih kecil.

Villas-Boas

Pada umur 16 tahun ia bertemu salah satu tokoh penting dalam sejarah Porto. Sir Bobby Robson kebetulan tinggal di apartemen yang ia tempati bersama ibunya. Sebagai pendukung fanatik Porto, ia kemudian mengkritik taktik pelatih tersebut. Robson ternyata senang dengan pemikiran Villas-Boas dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai pelatih tim junior Porto ketika ia berusia 17 tahun.

Berawal dari Championship Manager

Ketertarikan Villas-Boas pada video game ternyata juga tidak jauh dari sepakbola. Pria kelahiran 17 Oktober ini mulai tertarik dengan Championship Manager sejak ia tergabung dalam Ribeirense. Sejak menggemari permainan ini, Villas-Boas semakin menyukai hal-hal yang berhubungan dengan statistik sepakbola. Permainan yang menempatkan penggunanya sebagai manajer tim ini akhirnya benar-benar mengubah hidup Villas-Boas dari seorang maniak game menjadi seorang pelatih yang handal.

Villas-Boas

Kegemarannya tersebut membuatnya memiliki kebiasan membawa buku catatan kemana pun ia pergi. Ia mencatat dan menulis semua gagasan yang ia miliki untuk ia terapkan dalam permainannya. Setiap akhir pekan ia pun bertemu beberapa temannya dan berdebat tentang game yang ia mainkan.

Villas-Boas benar-benar menunjukkan ketertarikannya pada sepak bola ke dalam dunia akademik yang ia tempuh. Ketika sekolah memberikan sebuah tugas penelitian, ia menunjukkan kemampuan analisa sepakbola yang ia miliki.

"Saya masih ingat bagaimana ia menyerahkan sebuah penelitian detail tentang Porto, pergantian pemain mereka dan taktik yang mereka gunakan dengan begitu banyak statistik di dalamnya," ungkap Eiro, guru olahraga Villas-Boas.

Penjaga Gawang Hingga Gelandang Bertahan

Meski kini ia menjadi seorang pelatih handal, Villas-Boas juga pernah bermain di beberapa klub. Ia tercatat pernah tergabung dalam sebuah klub amatir di sekitar tempat tinggalnya. Ramaldense merupakan sebuah klub kecil tak jauh dari sekolahnya. Klub ini juga dikenal pernah melahirkan seorang pemain bola ternama yang bermain untuk Benfica, Humberto Coelho yang berposisi sebagai pemain belakang dan juga menjadi pelatih internasional beberapa negara seperti Portugal, Tunisia dan Korea Selatan.

Sayang perjalanan Villas-Boas bersama klub ini cukup berat. Selain tidak adanya lapangan yang dimilki, klub juga terancam terdegradasi dari kompetisi lokal. Klub akhirnya memutuskan menunjuk seorang pelatih asal Spanyol bernama Quim.

Quim tampaknya mampu mendeteksi bakat yang ada di dalam diri Villas-Boas. Di bawah Quim, pelatih Chelsea ini ia tempatkan untuk memperkuat lini pertahanan tim.

"Mereka (Ramaldense) ingin saya untuk menyelamatkan klub dari degradasi karena mereka saat itu berada di posisi kedua terbawah. Saya membutuhkan pemain yang bagus jadi saya mencari beberapa pemain di skuad U-19. Ada tiga orang yang saya kira cukup baik untuk memperkuat tim inti, termasuk di dalamnya seorang gelandang bertahan agresif bertubuh kecil - dia-lah Villas-Boas," ungkap Quim.

Sebelum bergabung dengan Ramaldense, Villas-Boas berposisi sebagai penjaga gawang ketika masih bermain bagi Ribeirense. Ia menjadi penjaga gawang selama satu tahun dan akhirnya memutuskan pindah ke Ramaldense.

"Saat berusia 18 tahun ia (Villas-Boas) tidak memiliki tubuh besar namun ia bermain cukup baik bagi kami. Saya masih ingat ia selalu mendapat bola lalu mengopernya pada sayap kanan kami, Costa. Begitulah cara bermainnya. Pada akhirnya, ia tahu bahwa ia tidak akan mampu menjadi seorang pemain profesional," tambah Quim.

Setelah hengkang dari Ramaldense, Villas-Boas bergabung dengan sebuah klub bernama Marechel Gomes de Costa. Klub ini memang bukan sebuah klub yang bertujuan untuk menjuarai kompetisi. Anggota klub ini terdiri dari dokter, teknisi, dan siswa sekolah. Moto klub ini adalah "You'll never drink alone".

Villas-Boas akhirnya berhenti dari klub ini pada akhir musim 1998-1999. Seiring bertambahnya tugas yang ia peroleh bersama Porto, ia semakin jarang mengunjungi klub yang ia jadikan sebagai tempat bermainnya tersebut.

Julukan Unik

Villas-Boas memilki sejumlah julukan unik baik yang ia dapatkan dari teman, rekan kerja serta julukan yang ia tujukan untuk dirinya sendiri. Ketika masih bermain bagi Ramaldense ia dijuluki "Si Wortel Kercil". Teman-temannya memberikan julukan ini karena ia memiliki rambut kemerahan yang terlihat seperti wortel.

Villas-Boas

Julukan unik kedua ia dapatkan dari Mourinho ketika masih menjadi asistennya. The Special One menjulukinya sebagai "mata dan telinga" dari pelatih yang kini menukangi Real Madrid itu. Villas-Boas selalu mendapat tugas untuk mencari informasi tentang semua tim lawan yang akan mereka hadapi. Tak heran jika peran tersebut membuat Mou memberikan julukan tersebut.

Julukan ketiga adalah yang ia alamatkan pada dirinya sendiri. Perjalanan karir Villas-Boas yang selalu dihubungkan dengan Jose Mourinho membuat banyak pihak sering mengaitkannya dengan The Special One. Pria berusia 33 tahun ini tampaknya gerah dengan pemberitaan media dan memutuskan untuk menjuluki dirinya "The Sh*t One" agar ia tidak lagi dikaitkan dengan Mou.

Penggemar Balapan

Villas-Boas ternyata juga seorang penggemar mobil besar dan pada bulan Maret ia diundang oleh seorang wakil presiden sebuah federasi mobil internasional, FIA untuk mengikuti sebuah balapan sehari sebelum berlangsungnya penyelengaaran World Rally Championship di Algarve, Portugal.

Villas-Boas

Balapan lain yang ia datangi adalah Monaco Grand Prix tahun ini. Ia memiliki sejumlah mobil yang telah ia coba kendarai di jalanan pegunungan di Valongo yang tidak jauh dari Porto. Ia telah mengendarai BMW Z4 dan M5, ia juga sempat mencoba Fiat 500 Abarth keluaran khusus.

Musim depan Chelsea menjadi ujian baru bagi pelatih muda ini. Beberapa kompetisi akan dilalui klub London di bawah asuhan Villas-Boas. Mampukah ia membawa Chelsea meraih sukses seperti yang ia lakukan di Porto?

Janji Torres untuk Chelsea

Janji Torres untuk Chelsea
Fernando Torres berjanji akan mencetak banyak gol dan meraih gelar untuk Chelsea setelah melalui musim terburuknya di Inggris musim lalu.

“Saya yakin banyak gol akan tercipta dan akan membawa kami (Chelsea) pada kesuksesan. Manchester United adalah juara bertahan namun saya yakin kami kandidat utama untuk merebut gelar dari mereka,” ujar Torres seperti dikutip dari The Sun.

Last Post