Headlines

4 Tips memilih sampo dan kondisioner sesuai jenis rambut

Mahal tidak selalu bagus. Jadi jangan sembarangan memilih produk sampo maupun kondisioner gara-gara terlena iklan di televisi. Tetap perhatikan bahan More...

29 Jan 2013 / 0 Comments

6 Artis Yang Gentayangan Setelah Meninggal

Jupe Ditipu Rp15 Juta Oleh Manajer Luna Maya

Cathy Sharon Nikah di Bali, 14 April 2012

kesehatan
Unik

Lahirnya Internet dan Dampaknya

Dijaman sekarang ini, teknologi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, salah satunya adalah lahirnya ...

10 Hal Haram Terpampang di Facebook

Facebook, jejaring sosial terbesar di dunia, kini menjadi mesin pencarian identitas. Baik dari perusahaan...

news

10 Aksi Fenomenal Dahlan Iskan Sejak Jadi Menteri BUMN

10 Aksi Fenomenal Dahlan Iskan - Menteri Perindustrian MS Hidayat pernah mengungkapkan, saat ini ada dua peja...

Jejak Kaki Raksasa Gemparkan Sulawesi

Benarkah di Sulawesi Barat ada makhluk raksasa? Dugaan ada raksasa berkeliaran ini membuat warga Dusun Timbo-...

unik
teknologi

Lahirnya Internet dan Dampaknya

Dijaman sekarang ini, teknologi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, salah satunya adalah lahirnya ...

sports

Skuad final Prancis untuk Euro 2012

Gelandang Lyon Yoann Gourcuff dipastikan tidak akan tampil di Euro 2012 karena dia termasuk salah satu pem...

10 Klub Sepakbola Ter-Aneh Di Dunia

Dalam daftar Top List kali ini, ada Sepuluh klub sepakbola dengan nama paling aneh. Dari yang nyaris tidak ...

10 Pemain Sepakbola Muda Termahal di Dunia

Bintang masa depan Brasil, Neymar memimpin daftar para pemain muda dengan nilai transfer tertinggi, menurut r...

kesehatan

3 Cara Menepis Flek Hitam di Wajah

Terlalu sering beraktivitas di luar ruangan bisa menjadi musuh bagi kulit. Tanda-tanda premature skin aging...

Ramuan Obat Masuk Angin

Ramuan Obat Masuk Angin. Merupakan gangguan tbuh yang sangat populer di Indonesia. Masuk angin adalah suatu...

13 Kebiasaan Yang Dapat Merusak Gigi

Teman-teman pecinta hidup sehat pasti sudah pernah denger lagunya Meggy Z yang berjudul “Sakit Gigi”. Begini ...

Unik

Wanita Cantik Berwajah Mirip Boneka

Cewek Cantik Berwajah Boneka ini adalah sekelompok gadis muda dengan cepat menjadi sensasi dalam jaringan g...

selebritis

6 Artis Yang Gentayangan Setelah Meninggal

Menurut kepercayaan, arwah orang yang meninggal bisa kembali ke dunia karena masih ada urusan yang belum tu...

news
kesehatan
teknologi

Mata Uang Tertua Di Indonesia

1. Uang Syailendra (850 M)
 Mata Uang Tertua Di Indonesia
Mata uang Indonesia dicetak pertama kali sekitar tahun 850/860 Masehi, yaitu pada masa kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak, mempunyai berat yang sama, dan mempunyai beberapa nominal :
  • Masa (Ma), berat 2.40 gram; sama dengan 2 Atak atau 4 Kupang
  • Atak, berat 1.20 gram; sama dengan ½ Masa, atau 2 Kupang
  • Kupang (Ku), berat 0.60 gram; sama dengan ¼ Masa atau ½ Atak
Sebenarnya masih ada satuan yang lebih kecil lagi, yaitu ½ Kupang (0.30 gram) dan 1 Saga (0,119 gram). Koin emas zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak, dimana koin dengan satuan terbesar (Masa) berukuran 6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”. Di belakangnya terdapat incuse (lekukan ke dalam) yang dibagi dalam dua bagian, masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola ini dinamakan “Sesame Seed”.
Sedangkan koin perak Masa mempunyai diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”.

2. Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala (1042-1130 M)
 Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala
 
Pada zaman Daha dan Jenggala, uang-uang emas dan perak tetap dicetak dengan berat standar, walaupun mengalami proses perubahan bentuk dan desainnya. Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi bundar, sedangkan koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung, dengan diameter antara 13-14 mm.
Pada waktu itu uang kepeng Cina datang begitu besar, sehingga saking banyaknya jumlah yang beredar, akhirnya dipakai secara “resmi” sebagai alat pembayaran, menggantikan secara total fungsi dari mata uang lokal emas dan perak.

3. Uang “Ma”, (Abad ke-12)

Uang
Mata uang Jawa dari emas dan perak yang ditemukan kembali, termasuk di situs kota Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang kala dalam huruf Jawa Kuno. Di samping itu beredar juga mata uang emas dan perak dengan satuan tahil, yang ditemukan kembali berupa uang emas dengan tulisan ta dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4 – 2,5 gram.

Selain itu masih ada beberapa mata uang emas dan perak berbentuk segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama sekali. Uang ini terkesan dibuat apa adanya, berupa potongan-potongan logam kasar; yang dipentingkan di sini adalah sekedar cap yang menunjukkan benda itu dapat digunakan sebagai alat tukar. Tanda tera atau cap pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga (teratai?) dalam bidang lingkaran atau segiempat. Jika dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman Dinasti Song (960 – 1279) yang memberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang, mungkin itulah yang dimaksud.
 
4. Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit (Abad k-13)

 Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit
pada zaman Majapahit ini dikenal koin-koin yang disebut “Gobog Wayang”, dimana untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Thomas Raffles, dalam bukunya The History of Java. Bentuknya bulat dengan lubang tengah karena pengaruh dari koin cash dari Cina, ataupun koin-koin serupa yang berasal dari Cina atau Jepang. Koin gobog wayang adalah asli buatan lokal, namun tidak digunakan sebagai alat tukar. Sebenarnya koin-koin ini digunakan untuk persembahan di kuil-kuil seperti yang dilakukan di Cina ataupun di Jepang sehingga disebut sebagai koin-koin kuil. Setelah redup dan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1528), Banten di Jawa bagian barat muncul sebagai kota dagang yang semakin ramai.

5. Uang Dirham, Kerajaan Samudra Pasai (1297 M)
Uang Dirham, Kerajaan Samudra Pasai
Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar 1297-1326. Mata uangnya disebut Dirham atau Mas, dan mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang). Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Uang Mas Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang setengah Mas berdiameter 6 mm. Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.

6. Uang Kampua, Kerajaan Buton (Abad ke-14)

Uang Kampua, Kerajaan Buton
 
Uang yang sangat unik,yang dinamakan Kampua dengan bahan kain tenun ini merupakan satu-satunya yang pernah beredar di Indonesia. Menurut cerita rakyat Buton, Kampua pertamakali diperkenalkan oleh Bulawambona,yaitu Ratu kerajaan Buton yang kedua,yang memerintaha sekitar abad XIV. Setelah ratu meninggal,lalu diadakan suatu “pasar” sebagai tanda peringatan atas jasa-jasanya bagi kerajaan Buton. Pada pasar tersebut orang yang berjualan engambil tempat dengan mengelilingi makam Ratu Bulawambona. Setelah selesai berjualan,para pedagang memberikan suatu upetiyang ditaruh diatas makam tersebut,yang nantinya akan masuk ke kas kerajaan. Cara berjualan ini akhirnya menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Buton,bahkan sampai dengan tahun 1940.

7. Uang Kasha Banten, Kesultanan Banten (Abad ke-15)

 Uang Kasha Banten
 
Mata-uang dari Kesultanan banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596 Masehi. Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khasnya 6 segi pada lubang tengahnya (heksagonal). Inskripsi pada bagian muka pada mulanya dalam bahasa Jawa: “Pangeran Ratu”. Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten, inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”. Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah, seperti yang ditemukan pada akhir-akhir ini.

8. Uang Jinggara, Kerajaan Gowa (Abad ke-16)
 Uang Jinggara, Kerajaan Gowa
 
Di daerah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang disebut jingara, salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah dalam tahun 1653-1669. Di samping itu beredar juga uang dan bahan campuran timah dan tembaga, disebut kupa.

9. Uang Picis, Kesultanan Cirebon (1710 M)
 hUang Picis, Kesultanan Cirebon
Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis, dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin berbunyi CHERIBON.

10. Uang Real Batu, Kesultanan Sumenep (1730 M)
 Uang Real Batu, Kesultanan Sumenep
Kerajaan Sumenep di Madura mengedarkan mata uang yang berasal dari uang-uang asing yang kemudian diberi cap bertulisan Arab berbunyi ‘sumanap’ sebagai tanda pengesahan. Uang kerajaan Sumenep yang berasal dari uang Spanyol disebut juga real batu karena bentuknya yang tidak beraturan. Dulunya uang perak ini banyak beredar di Mexico yang kemudian beredar juga di Filipina (jajahan Spanyol). Di negeri asalnya uang mi bernilai 8 Reales. Selain uang real Mexico, kerajaan Sumenep juga memanfaatkan uang gulden Belanda dan uang thaler Austria.

0 komentar:

Posting Komentar

Last Post